ArtikelApa Kata Alkitab Tentang Bersyukur?

Arti bersyukur menurut alkitab - Sejak sekolah minggu, anak-anak mulai diajarkan mengenai tokoh-tokoh besar dalam Alkitab. Salah satunya adalah Rasul Paulus. Rasul Paulus adalah salah satu tokoh besar perjanjian baru.

Bertemu Tuhan Yesus dalam perjalanan ke Damsyik merupakan sebuah titik balik dalam hidupnya. Paulus, yang dulu dikenal sebagai Saulus, sebelum bertobat dan mengikut Yesus adalah seorang yang luar biasa jahat di zaman itu. Saulus kerap kali menganiaya orang percaya, dan perjalanannya ke Damsyik pun untuk mencari, menangkap, dan membawa orang percaya ke Yerusalem (Kis. 9:2).

Kuasa Tuhan bekerja tidak terbatas pada ruang dan waktu. Dalam perjalanan ke Damsyik, Saulus melihat cahaya yang luar biasa terang memancar dari langit. Ia rebah ke tanah dan menjadi buta. Perjumpaan pribadi Saulus dengan Tuhan merupakan momen dimana Saulus, yang kini menjadi Paulus, dipilih Tuhan untuk menjadi sarana kesaksian-Nya (Kis. 9:15).

Menjadi orang percaya, memberitakan Injil ke banyak bangsa, serta mendirikan gereja dimana-mana, tidak serta merta membuat kehidupan Paulus menjadi lebih mudah. Ia kerap menghadapi berbagai penderitaan.

Selama pelayanannya, Paulus mengalami hal-hal yang secara manusiawi tidak menyenangkan. Bukan hanya penderitaan secara batin, tetapi juga fisik. Paulus pernah ditolak secara terang-terangan ketika memberitakan Injil. Tidak semua menerima dan melakukan pengajaran Paulus.

Akan tetapi lebih dari itu, Paulus dipukul, dicambuk, di lempar batu, bahkan mendekam di penjara. Penjara Romawi pada waktu itu terletak di bawah tanah, gelap dan pengap. Tetapi berada di balik jeruji besi tidak membuat Paulus kehilangan iman dan semangat dalam melayani Tuhan.

Paulus tidak pernah menyalahkan Tuhan untuk apapun yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidupnya. Dari balik jeruji besi, Paulus tetap mampu untuk menguatkan jemaat Tuhan melalui surat-suratnya.

Paulus kerap mengawali suratnya dengan mengutarakan rasa syukur atas iman, kasih, dan dukungan yang diberikan oleh jemaat mula-mula. Dalam keadaan sulit, Paulus memberikan teladan mengenai bersyukur.

Dalam Filipi 4:11-12 ada tertulis, Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Rasul Paulus berhasil menjadi teladan mengenai bersyukur. Jadi sebenarnya, apa itu bersyukur?

Apa itu Bersyukur?

Bersyukur dapat digambarkan sebagai keadaan menghargai, berterima kasih, atau menunjukkan rasa terima kasih. Itu adalah emosi atau sikap positif yang muncul ketika seseorang mengenali, mengakui kebaikan, kemurahan hati, atau berkat yang diterima dari seseorang atau sesuatu yang lain.

Bersyukur seharusnya menjadi identitas orang percaya. Dalam pengajaran Paulus kepada jemaat Tesalonika, Rasul Paulus mengajarkan, mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tes 5:18).

Rasa syukur merupakan sebuah aspek fundamental dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Bersyukur dalam Alkitab bukan hanya ungkapan terima kasih yang dangkal, tetapi pengakuan yang mendalam akan pekerjaan dan keterlibatan Allah dalam setiap aspek kehidupan.

Melalui bersyukur, manusia ibarat membuka pintu untuk hubungan yang lebih dalam lagi dengan Tuhan, dan memperkuat iman percaya.

Secara manusiawi, hal ini tidak mudah. Tetapi harus dilakukan. Manusia perlu menyadari bahwa semua yang terjadi dalam hidup adalah karena anugerah dan kemurahan Tuhan.

Mengutip Ayub 2:10, hellip; Masakan kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk? Sekiranya ayat ini dapat menjadi refleksi bahwa baik dan buruk akan turut menjadi bagian yang mengiringi perjalanan hidup manusia. Tentunya semua atas seizin Tuhan. Untuk itu, manusia perlu belajar mengucap syukur dalam segala hal.

Mengapa Harus Bersyukur?

Sebagai Pengakuan Akan Kebaikan Tuhan

Alkitab mengajarkan bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu dan sumber dari setiap pemberian baik dan sempurna (Yak 1:17). Mengungkapkan rasa syukur membantu orang percaya untuk mengakui dan menghargai berkat, penyediaan, dan kesetiaan Tuhan dalam hidup orang percaya.

Sebagai Bentuk Kerendahan Hati dan Ketergantungan pada Tuhan

Bersyukur memupuk kerendahan hati dengan mengakui bahwa semua yang baik berasal dari Tuhan. Hal ini mengingatkan orang percaya, bahwa manusia bergantung pada kasih karunia dan penyediaan Tuhan. Bersyukur membantu manusia mengenali kebutuhan akan Tuhan dan memupuk rasa ketergantungan pada-Nya.

Sebagai Penangkal Keegoisan

Bersyukur membantu orang percaya menghindari pola pikir yang selalu mencari lebih banyak, dan mendorong kepuasan lebih dari apa yang telah disediakan Tuhan. Bersyukur memampukan orang percaya untuk mencukupkan diri dengan segala sesuatu, dalam segala hal. Untuk tidak menuntut lebih hanya untuk memuaskan daging.

Demi Kegembiraan dan Kedamaian Batin

Ketika orang percaya memupuk hati yang bersyukur, orang percaya akan mengalami rasa puas, kedamaian, dan sukacita yang mendalam. Bersyukur juga memampukan manusia untuk memiliki pandangan hidup yang positif. Untuk tidak berfokus pada apa yang kurang, melainkan fokus pada apa yang ada.

Pada akhirnya, bersyukur dalam setiap keadaan adalah cara untuk memupuk kehidupan yang lebih bermakna. Alkitab mengajarkan bahwa rasa syukur lebih dari sekadar ungkapan terima kasih. Tetapi lebih dari itu, sebagai bentuk penghargaan akan karya Tuhan dalam kehidupan manusia.

Meski tidak selamanya hidup berjalan dengan mulus. Ada kalanya pada titik tertentu dalam kehidupan manusia, manusia diperhadapkan pada rintangan, kesulitan, dan pergumulan. Tetapi untuk apapun itu, mari nyatakan bahwa Tuhan itu baik. Mari bersyukur.

Sudah coba aplikasi manajemen gereja belum? Coba Erista ChMS sekarang dan dapatkan berbagai keuntungannya. Klik disini!