Article3 Perbedaan Gereja Offline dan Online

Ruth Natasya profile picture
Ruth Natasya N.S.
Penulis

5 menit - 2 November 2022

Memasuki masa new normal saat ini, semua kegiatan mulai berlangsung seperti dulu lagi. Mulai dari perkantoran, sekolah, kampus, pusat-pusat pelayanan publik seperti kelurahan, rumah sakit, dan sebagainya kini yang berlangsung secara luring (luar jaringan). Tak hanya itu, kini gereja pun sudah mulai membuka pintu-pintu gedungnya untuk melakukan peribadatan secara offline.

Namun, apakah peribadatan secara offline akan efektif kembali setelah sekian lama melakukan ibadah secara online? Pertanyaan tersebut muncul di antara jemaat khususnya kaum muda. Menurut mereka, ibadah dapat dilakukan secara online dimana saja melalui platform media digital seperti live streaming Youtube, Google Meet, Zoom, dan sebagainya.

Dari pertanyaan tersebut, timbullah perbandingan-perbandingan perbedaan antara gereja offline dan gereja online. Berikut beberapa perbedaan gereja offline dan online:

1. Tempat Ibadah

Hal pertama yang menjadi perbedaan gereja offline dan online terletak pada tempat peribadatannya. Ibadah offline dilakukan biasanya di gedung gereja. Sedangkan ibadah online dapat dilakukan dimana saja karena bisa diakses melalui platform media digital.

2. Suasana Lingkungan Ibadah

Suasana atau lingkungan saat ibadah offline dan online tentu sangat berbeda. Gereja offline memiliki suasana ibadah yang lebih khusyu dan hikmat karena berada di dalam lingkungan gedung gereja. Beribadah secara offline di gedung gereja lebih khusyu dan hikmat karena itu adalah fungsi utama dari gereja yaitu sebagai tempat beribadah. Suasana ibadah online cenderung mengalami banyak gangguan karena bisa dilakukan dimana saja yang bukan memiliki fungsi utamanya beribadah. Hal ini merupakan salah satu kekurangan dari gereja online.

3. Pakaian saat sedang Ibadah

Meskipun gereja tidak melarang cara berpakaian dalam beribadah. Namun, biasanya seseorang akan lebih rapi dalam memilih pakaian saat ingin beribadah secara offline. Hal itu, dikarenakan walaupun kita di gereja tujuan utamanya memuji dan menyembah Tuhan tetapi tidak dipungkiri alasan lainnya karena kita juga akan bertemu dengan jemaat lain yang datang ke gereja untuk beribadah juga. Alasan tersebut juga yang membuat kita berpenampilan rapi saat menghadiri ibadah offline. Sedangkan jika seseorang melakukan ibadah online cenderung berpenampilan sederhana tergantung tempat pelaksanaan ibadah online mereka.

Meskipun gereja offline dan online memiliki beberapa perbedaan, gereja tetap harus bisa mengontrol dan memonitoring jemaatnya untuk tetap mengikuti peribadatan baik secara offline maupun online. Banyaknya jemaat yang memilih gereja online dimasa new normal saat ini, membuat gereja memerlukan suatu aplikasi yang membantu gereja untuk dapat menjangkau para jemaatnya, karena mereka sudah tidak lagi datang ke ibadah offline. Dengan aplikasi yang dapat menjangkau jemaat, gereja dapat tetap berkomunikasi dengan jemaat dan dapat memberikan pemahaman pada jemaat untuk kembali bergereja secara offline kembali.

Erista merupakan salah satu teknologi yang hadir untuk membantu gereja agar bisa tetap memonitoring jemaat melalui aplikasi yang dimilikinya. Aplikasi gereja Erista ini berfungsi membantu pelayanan gereja dalam hal pendataan gereja. Software gereja yang dimiliki Erista juga bisa membantu gereja saat ingin menghubungi atau memberitahukan jadwal ibadah, jadwal sukarelawan pelayanan, ataupun informasi lainnya yang dimiliki oleh gereja kepada jemaat melalui email.

Coba Erista gratis saat ini juga!